Sebutir Keringat Untuk Negeri

on Jumat, Maret 06, 2015
Begini bentuk lain dari cinta Tuhan
menjadikan kami bagian dari Indonesia yang Ia ciptakan penuh anugerah
Maka atas setitik peluh yang jatuh,
kami harap Tuhan menerimanya sebagai sebuah tanda syukur kami.
foto dari : www.nowtes.com

                Mendung langit tak menyurutkan langkah menuruni jalanan desa yang beberapa bagiannya sudah sejak lama berlubang,  hujan deras semalam meninggalkan jejak danau – danau mini di jalanan desa tersebut, beberapa anak berpakaian sekolah dasar dengan hati – hati melompati kubangan demi kubangan air sisa hujan semalam. tak ada keluh yang terdengar dari mulut anak  - anak polos itu, meski hampir setiap pagi dimusim hujan mereka harus bersusah payah melewati jalanan desa yang tak bersahabat dengan kaki mereka. Sebuah potret kecil perjuangan anak – anak Indonesia dalam menuntut ilmu, mendapatkan pendidikan adalah suatu anugerah bagi mereka, jika hanya harus sepatu yang basah, tentu bukan jadi masalah yang berarti.
                 Aku  tersadar dari lamunan ketika motor tua yang ku kendarai tak sengaja masuk kubangan air yang membuatnya sedikit terguncang, dalam perjalanan menuju daerah lain di pinggiran kota serang, setiap daerah yang kulewati seperti menghantarkan pada berbagai macam pikiran, aku  seperti tak henti dibawa keluar masuk lamunan olehnya, hingga tak terasa sampailah ditempat tujuan.
        Tempat ini adalah sebuah majlis kecil yang kami gunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran ringan dengan anak – anak desa setempat. Dengan sebuah rak yang penuh dengan buku yang telah ditata rapi, juga papan tulis putih yang digantungkan di tembok ruangan, kami  menyulap ruangan yang biasa digunakan kegiatan keagaaman itu menjadi tempat anak – anak  desa Tigamaya kecamatan Waringin Kurung Kabupaten Serang belajar bersama kami. Tak banyak harapan yang kami gantungkan disini, sekedar menjadi tempat berkumpul anak – anak  desa kecil ini, menjadi tempat merajut semangat dan cita – cita mereka untuk negara dan tanah airnya.

               Setiap minggu pagi, kami tata semangat untuk mampu menghadirkan keceriaan di tempat ini, melakukan hal - hal sederhana yang kami harap mampu terus memupuk rasa cinta mereka pada negerinya adalah satu hal kecil yang selalu kami upayakan. Bukan untuk apa – apa, hanya sekedar ingin melakukan sesuatu untuk sekitar, dibandingkan sekedar meneriaki negeri sendiri dengan segala hiruk pikuk permasalahannya. Mungkin jika diibaratkan sebuah telinga, Negara ini sudah terlalu tuli mendengar setiap makian orang yang hidup didalamnya. Lantas, apa berguna jika kami pun hanya melakukan hal yang sama.
               Perjalananku menuju tempat ini bukanlah perjalanan yang singkat, butuh sekitar 90 menit wakt yang harus ditempuh untuk sampai di desa ini, sebuah desa kecil di pinggiran Kota Serang. Sesampainya di tempat ini, aku terkadang tak  bisa menyembunyikan rasa lelah selepas melakukan perjalanan yang cukup jauh. Butir – butir keringat kerap kali tak kuasa menyembunyikan diri. Tempat tinggalku memang cukup jauh dari tempat biasa kami melakukan pengajaran, bahkan bisa jadi, daerah tempat aku tinggal lebih berada di pinggiran kota jika dibandingkan dengan daerah ini, daerah yang kami usahakan berdiri sebuah taman baca disana, taman baca pelipur dahaga anak – anak akan pengetahuan dan buku – buku bacaan. Sempat terlintas di benakku, kenapa aku rela menempuh jarak jauh menuju daerah ini, memberikan sedikit pengajaran untuk anak – anak sekitar, . Tapi pikiran itu seketika hilang, bersama pikiran yang menuntun pada ingatan tentang sebuah ketulusan dan perjuangan orang – orang untuk negerinya.
              Pagi buta ketika matahari saja masih malas menampakan wajahnya, bapak ibu petani sudah gagah dengan cangkul yang mereka bawa berangkat menuju area persawahan yang siap untuk ditanami, mereka siap bergelut dengan rutinitas, bersahabat dengan lumpur – lumpur kotor di area persawahan, namun satu hal yang mereka yakini, didalamnya telah Tuhan curahkan anugerah yang teramat besar, tanah yang subur dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah adalah hadiah yang Tuhan berikan pada tanah air kami. Maka dengan membungkuk, menyusun bibit – bibit padi yang siap ditanam adalah salah satu bentuk syukur yang tidak terhingga atas segala anugerah ini.
Memanfaatkan tanah yang subur adalah salah satu bentuk cinta terhadap negeri, menjaga dan terus menjadikan tanah – tanah subur ini menjadi produktif adalah hal besar yang dipersembahkan untuk bangsa ini. Mereka lah para petani yang bahkan tanpa alas kaki mantap melangkah demi menyusuri petak – petak persawahan yang Tuhan berkahi
            Pagi buta seakan kembali menjadi saksi bagaimana derap langkah kaki berirama dari pedagang – pedagang yang hendak menjajakan barang dagangannya di pasar menggetarkan jalanan yang dilewatinya. Mereka pembangkit ruh perekonomian negeri yang dengan sahajanya menghidupkan sudut – sudut pasar tradisional, romantisnya proses tawar menawar penjual dan pembeli masih kental dan terus mereka jaga sebagai ruh kegiatan jual beli. Kerasnya perjuangan mereka bukan untuk memonopoli, hanya menjalankan peran warga Negara dengan menjaga keseimbangan perekonomian, sebut saja perekonomian kelas bawah yang tanpanya Negara ini seperti tidak memiliki taji
             Maka peluh ini, yang keluar hanya dari aktivitas kecil seperti belum menjadi apa – apa dibandingkan tetesan keringat deras dari beratnya kerja keras seorang ayah mencari nafkah untuk keluarganya, seorang pedagang asongan dengan tua rentanya memikul beban dipundak bahkan terkadang harus memaksanya jatuh, memaksanya menahan segala beban diri dalam diam dan kerja keras. Dalam keadaan serba pas – pasan, beberapa orang masih mau mengabdikan diri untuk negeri, mengayuh sepeda melewati jalan kecil pinggir desa menuju bengunan - bangunan tua tempat anak – anak sekitar menikmati yang orang sebut sekolah. Mereka adalah bagian kecil dari begitu besarnya negeri ini, setitik asa dari besarnya harapan Negara tercinta. Mereka adalah sekumpulan semangat yang bertumpuk menjadi satu, mendorong terwujud harapan untuk tanah air tercinta.
              Dari segala cobaan yang sedang diujikan pada negeri ini, kami belajar bagaimana Tuhan sebenarnya telah memberikan anugerah jauh lebih besar dari cobaan yang ada, menjadi bagian dari Indonesia adalah satu takdir Tuhan yang begitu indah, negeri ini Tuhan atur dan ciptakan seperti sebuah surga kecil yang jatuh ke bumi, alam hijau yang begitu subur, mata air jernih yang alirannya menghiasi setiap lekuk daerah. Sebagai sebuah bagian kecil dari bangsa yang besar, yang subur dan makmur, yang tak ada lagi keraguan tentang betapa irinya Negara lain akan kekayaan ini. Kami bersyukur atas begitu menetramkannya berpijak di negeri ini, musim bergantidengan  begitu syahdu, tanah subur yang karenanya segala macam aktivitas dan kehidupan ada di negeri ini.

                 Maka Tuhan, ijinkan kami terus menjalankan aktivitas ini, anggap saja sebagai sebuah tanda terimakasih kami atas segala limpahan nikmat yang engkau berikan melalui negeri ini. Biarkan dengan ini, dengan taman baca kecil dan kegiatan pembelajaran sederhana yang kami lakukan untuk anak – anak pinggiran desa kami belajar cara berterimakasih. Mengkualitaskan diri dan anak – anak desa Tigamaya adalah satu hal kecil yang mampu kami lakukan untuk menyelamatkan negeri ini dimasa mendatang.

0 komentar:

Posting Komentar

adakalanya para penyeru kebenaran harus menjadi kepompong, berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan. tetapi, bila tiba saatnya menjadi kupu - kupu, tak ada pilihan kecuali terbang, melantunkan kebaikan diantara bunga, menebar keindahan pada dunia. ~Salim A Fillah

Popular posts