Puncak Paralayang dipagi itu.

on Minggu, Juni 22, 2014
Semester empat segera usai, tugas akhir semester semakin membludak, melihat deretan tugas yang sudah tercatat dengan rapi di buku catatan membuat kepala semakin penat. Ah sudah terlalu lama menyibukan diri di kegiatan kampus, menenggelamkan diri pada tugas dan beban akademik. Ahmmm beban? Mungkin sejenak semua ini menjadi beban, karena mereka datang bersamaan, tak berikan ruang untuk bernafas dengan lega lagi di akhir semester ini. Ya akhir semester yang lebih mengerikan dari semester – semester sebelumnya, dosen – dosen yang hebat serentak menitipkan tugas akhir sebagai Ujian Akhir Semester, jika satu atau dua mungkin tak apa, tapi ini semuanya serupa, tugas yang harus dikerjakan bersamaan, memaksa harus lebih aktif dan kerja keras, tidak sekedar duduk didepan laptop dan tumpukan buku untuk menyelesaikannya, tapi menuntut untuk terjun ke lapangan melakukan beberapa observasi di beberapa bidang, sampai ada yang menuntut untuk pergi ke luar kota untuk observasi, demi apa ini semua di lakukan? Tentu saja demi tugas akhir yang begitu romantis ini.
Sudahlah... mungkin tidak dengan keluhan dan umpatan untuk menyelesaikan semua ini. Sedikit demi sedikit harus aku sentuh dan selesaikan, tapi rasanya.. jika menyelesaikan tugas penting dengan suasana hati dan fikiran yang penat seperti ini, apa bisa menghasilkan tugas dengan maksimal? Sepertinya menyapa alam dan menikmati pemandangan dari ketinggian bisa sedikit membantu.
            Di minggu terakhir kuliah, aku bersama 2 sahabatku, Beti dan Hani memutuskan untuk pergi ke tempat tinggi yang kata orang disana kita bisa melihat pemandangan kota malang dan kota Batu yang indah, di pagi hari malah bisa melihat indahnya matahari terbit. Hari itu rabu, kami punya 2 tanggungan mata kuliah, tapi memberanikan diri untuk mengambil waktu sempit sebelum kuliah untuk pergi ke sana, yaa ke Paralayang. Kami benar – benar berniat untuk melihat matahari terbit disana pagi itu.
Pukul 04.20. setelah selesai shalat subuh, kami bertiga bergegas berangkat agar tak ketinggalan menyaksikan indahnya matahari pagi di sana. Dengan baju hangat lengkap kami berangkat menembus dinginnya pagi. Perjalanan yang kami tempuh sekitar 45 menit untuk sampai ke puncak paralayang, dengan lengangnya jalan pagi rute Malang-Batu membuat kami bisa sampai lebih cepat, meskipun harus beberapa kali nyasar dan bertanya kepada warga setempat karena lupa jalan ke sana, akhirnya kami sampai di puncak paralayang sekitar pukul 05.00, masih pagi dan langit masih agak gelap. Dingin di puncak tentu saja sedikit mengganggu, namun tidak mengurangi antusias kami menikmati pemandangan disana, sayang sepertinya kabut menutupi langit pagi itu.
Dingin, berkabut, aaahh matahari terbit tak terlihat pagi ini meskipun berada di tempat tinggi. Kecewa? Tentu saja, tapi kami disini untuk refreshing menyegarkan pikiran sebelum bergelut dengan tugas akhir, jadi apapun yang kami temui pagi ini di Paralayang, kami harus mensyukurinya. Waktu semakin siang, kecewa kami sudah ikut hilang, terutama karena jepretan kamera smartphone yang membuat kami lebih riang. Sembari menikmati secangkir susu jahe hangat, kami tak lepas pandang menikmati langit pagi di sana, seperti melihat miniatur bangunan yang ada di Batu. Udara dingin seakan berubah sejuk, matahari meskipun sudah agak tinggi akhirnya terlihat, sinarnya seakan menambahkan warna ceria di pagi itu. Desir angin yang mengenai helaian daun di pepohonan seakan memberikan rasa tenang pada pikiran.









Waktu sudah menunjukan pukul 06.00 kami harus bergegas, 08.30 mata kuliah pertama akan di mulai. Dengan mantap menarik gas, sepeda motor kami melaju dengan cepat, tidak selancar ketika berangkat memang, karena orang – orang sudah berebut ambil bagian di jalan untuk sampai ke tempat tujuan. Meski singkat, setidaknya refreshing kali ini bisa melepaskan sedikit penat.

artikel ini dibuat sebagai sumbangan tugas mata kuliah TIK untuk Lily :)
adakalanya para penyeru kebenaran harus menjadi kepompong, berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan. tetapi, bila tiba saatnya menjadi kupu - kupu, tak ada pilihan kecuali terbang, melantunkan kebaikan diantara bunga, menebar keindahan pada dunia. ~Salim A Fillah

Popular posts