Begini bentuk lain dari cinta Tuhan
menjadikan kami bagian dari Indonesia yang Ia ciptakan penuh anugerah
Maka atas setitik peluh yang jatuh,
kami harap Tuhan menerimanya sebagai sebuah tanda syukur kami.
foto dari : www.nowtes.com
Mendung langit tak menyurutkan langkah menuruni
jalanan desa yang beberapa bagiannya sudah sejak lama berlubang, hujan deras semalam meninggalkan jejak danau
– danau mini di jalanan desa tersebut, beberapa anak berpakaian sekolah dasar
dengan hati – hati melompati kubangan demi kubangan air sisa hujan semalam. tak
ada keluh yang terdengar dari mulut anak
- anak polos itu, meski hampir setiap pagi dimusim hujan mereka harus bersusah
payah melewati jalanan desa yang tak bersahabat dengan kaki mereka. Sebuah
potret kecil perjuangan anak – anak Indonesia dalam menuntut ilmu, mendapatkan
pendidikan adalah suatu anugerah bagi mereka, jika hanya harus sepatu yang
basah, tentu bukan jadi masalah yang berarti.
Aku tersadar
dari lamunan ketika motor tua yang ku kendarai tak sengaja masuk kubangan air
yang membuatnya sedikit terguncang, dalam perjalanan menuju daerah lain di
pinggiran kota serang, setiap daerah yang kulewati seperti menghantarkan pada
berbagai macam pikiran, aku seperti tak
henti dibawa keluar masuk lamunan olehnya, hingga tak terasa sampailah ditempat
tujuan.
Tempat ini adalah sebuah majlis kecil yang kami
gunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran ringan dengan anak – anak desa
setempat. Dengan sebuah rak yang penuh dengan buku yang telah ditata rapi, juga
papan tulis putih yang digantungkan di tembok ruangan, kami menyulap ruangan yang biasa digunakan
kegiatan keagaaman itu menjadi tempat anak – anak desa Tigamaya kecamatan Waringin Kurung
Kabupaten Serang belajar bersama kami. Tak banyak harapan yang kami gantungkan
disini, sekedar menjadi tempat berkumpul anak – anak desa kecil ini, menjadi tempat merajut
semangat dan cita – cita mereka untuk negara dan tanah airnya.
Setiap minggu pagi, kami tata semangat untuk mampu
menghadirkan keceriaan di tempat ini, melakukan hal - hal sederhana yang kami
harap mampu terus memupuk rasa cinta mereka pada negerinya adalah satu hal
kecil yang selalu kami upayakan. Bukan untuk apa – apa, hanya sekedar ingin
melakukan sesuatu untuk sekitar, dibandingkan sekedar meneriaki negeri sendiri
dengan segala hiruk pikuk permasalahannya. Mungkin jika diibaratkan sebuah
telinga, Negara ini sudah terlalu tuli mendengar setiap makian orang yang hidup
didalamnya. Lantas, apa berguna jika kami pun hanya melakukan hal yang sama.
Perjalananku menuju tempat ini bukanlah perjalanan
yang singkat, butuh sekitar 90 menit wakt yang harus ditempuh untuk sampai di
desa ini, sebuah desa kecil di pinggiran Kota Serang. Sesampainya di tempat ini,
aku terkadang tak bisa menyembunyikan
rasa lelah selepas melakukan perjalanan yang cukup jauh. Butir – butir keringat
kerap kali tak kuasa menyembunyikan diri. Tempat tinggalku memang cukup jauh
dari tempat biasa kami melakukan pengajaran, bahkan bisa jadi, daerah tempat
aku tinggal lebih berada di pinggiran kota jika dibandingkan dengan daerah ini,
daerah yang kami usahakan berdiri sebuah taman baca disana, taman baca pelipur
dahaga anak – anak akan pengetahuan dan buku – buku bacaan. Sempat terlintas di
benakku, kenapa aku rela menempuh jarak jauh menuju daerah ini, memberikan
sedikit pengajaran untuk anak – anak sekitar, . Tapi pikiran itu seketika
hilang, bersama pikiran yang menuntun pada ingatan tentang sebuah ketulusan dan
perjuangan orang – orang untuk negerinya.
Pagi buta ketika matahari saja masih malas
menampakan wajahnya, bapak ibu petani sudah gagah dengan cangkul yang mereka
bawa berangkat menuju area persawahan yang siap untuk ditanami, mereka siap
bergelut dengan rutinitas, bersahabat dengan lumpur – lumpur kotor di area
persawahan, namun satu hal yang mereka yakini, didalamnya telah Tuhan curahkan
anugerah yang teramat besar, tanah yang subur dengan kekayaan alam yang
berlimpah ruah adalah hadiah yang Tuhan berikan pada tanah air kami. Maka dengan
membungkuk, menyusun bibit – bibit padi yang siap ditanam adalah salah satu
bentuk syukur yang tidak terhingga atas segala anugerah ini.
Memanfaatkan tanah yang subur adalah salah satu
bentuk cinta terhadap negeri, menjaga dan terus menjadikan tanah – tanah subur
ini menjadi produktif adalah hal besar yang dipersembahkan untuk bangsa ini.
Mereka lah para petani yang bahkan tanpa alas kaki mantap melangkah demi menyusuri
petak – petak persawahan yang Tuhan berkahi
Pagi buta seakan kembali menjadi saksi bagaimana
derap langkah kaki berirama dari pedagang – pedagang yang hendak menjajakan
barang dagangannya di pasar menggetarkan jalanan yang dilewatinya. Mereka
pembangkit ruh perekonomian negeri yang dengan sahajanya menghidupkan sudut –
sudut pasar tradisional, romantisnya proses tawar menawar penjual dan pembeli
masih kental dan terus mereka jaga sebagai ruh kegiatan jual beli. Kerasnya
perjuangan mereka bukan untuk memonopoli, hanya menjalankan peran warga Negara
dengan menjaga keseimbangan perekonomian, sebut saja perekonomian kelas bawah
yang tanpanya Negara ini seperti tidak memiliki taji
Maka peluh ini, yang keluar hanya dari aktivitas
kecil seperti belum menjadi apa – apa dibandingkan tetesan keringat deras dari
beratnya kerja keras seorang ayah mencari nafkah untuk keluarganya, seorang pedagang
asongan dengan tua rentanya memikul beban dipundak bahkan terkadang harus
memaksanya jatuh, memaksanya menahan segala beban diri dalam diam dan kerja
keras. Dalam keadaan serba pas – pasan, beberapa orang masih mau mengabdikan
diri untuk negeri, mengayuh sepeda melewati jalan kecil pinggir desa menuju bengunan
- bangunan tua tempat anak – anak sekitar menikmati yang orang sebut sekolah. Mereka
adalah bagian kecil dari begitu besarnya negeri ini, setitik asa dari besarnya
harapan Negara tercinta. Mereka adalah sekumpulan semangat yang bertumpuk
menjadi satu, mendorong terwujud harapan untuk tanah air tercinta.
Dari segala cobaan yang sedang diujikan pada negeri
ini, kami belajar bagaimana Tuhan sebenarnya telah memberikan anugerah jauh
lebih besar dari cobaan yang ada, menjadi bagian dari Indonesia adalah satu
takdir Tuhan yang begitu indah, negeri ini Tuhan atur dan ciptakan seperti
sebuah surga kecil yang jatuh ke bumi, alam hijau yang begitu subur, mata air
jernih yang alirannya menghiasi setiap lekuk daerah. Sebagai sebuah bagian
kecil dari bangsa yang besar, yang subur dan makmur, yang tak ada lagi keraguan
tentang betapa irinya Negara lain akan kekayaan ini. Kami bersyukur atas begitu
menetramkannya berpijak di negeri ini, musim bergantidengan begitu syahdu, tanah subur yang karenanya
segala macam aktivitas dan kehidupan ada di negeri ini.
Maka Tuhan, ijinkan kami terus menjalankan aktivitas
ini, anggap saja sebagai sebuah tanda terimakasih kami atas segala limpahan
nikmat yang engkau berikan melalui negeri ini. Biarkan dengan ini, dengan taman
baca kecil dan kegiatan pembelajaran sederhana yang kami lakukan untuk anak –
anak pinggiran desa kami belajar cara berterimakasih. Mengkualitaskan diri dan
anak – anak desa Tigamaya adalah satu hal kecil yang mampu kami lakukan untuk
menyelamatkan negeri ini dimasa mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar