mengapa 'Halal' itu masih terasa begitu jauh untuk di gapai.
aku merasa seperti ikan.
yang hidup di air tapi masih ada perasaan takut terhadap air.
mempertanyakan kapan cahaya itu datang seperti mempertanyaan kapan hujan turun di gurun pasir gersang
hampir terdengar mustahil.
Bertahun tahun hidup sendiri meski tak seperti seorang haci seekor lebah yang hidup sebatang kara.
sepi itu selalu menerpa rasa lebih dalam.
entah mungkin karena terlalu sering mendengar bunyi jangkrik.
atau suara tikus yang rajin 'berburu' didapur.
menerjang perabotan membuat bising ruang kosong.
lantas memang itu sebuah masalah?
tentu saja masalah
masalah untuk seorang diri yang merindu keramaian.
bahkan merindu sebuah pendampingan,
pendampingan siapa?
sang cahaya yang entah masih berada dimana
sampai di tikungan jalan mana
tersesat di hutan belantara mana?
hanyut terbawa arus sungai deras yang seperti apa
cahaya itu masih dimana?
apa masih menyinari tampat yang bukan menjadi tanggung jawabnya?
lantas ia malah semakin jauh dari tempat yang seharunya ia sinari.
cahaya itu dimana?
apa masih setia menjaga cahayanya sebelum menemukan tempat yang memang seharusnya ia terangi?
lantas terus menjaga kegagahan cahayanya dengan sabar dan ikhlas atas kesendiriannya.
dan cahaya itu??
hai aku melihat sebuah cahaya sedikit redup
ada keluh yang membuat cahayanya sedikit memudar.
cahaya itu..
terlihat dekat, namun tak bisa didekap.
cahaya itu. harus berjuang melawan setiap apa yang hendak meredupkan cahayanya.
cahaya itu hidup dijalan yang berat.
berjuang untuk bisa menebarkan sedikit cahaya untuk orang disekelilingnya
lantas cahaya itu jatuh bangun agar tetap terjaga sinarnya.
ingin sekali aku ikut mendekapnya
mendampingi perjuangannya. tapi...
mengapa meski terlihat dekat, cahaya itu masih terasa jauh untuk di raih
mengapa cahaya itu belum diperkenankan pengusir sepi ini?
padahal cahaya itu butuh aku
aku butuh cahaya itu.
aku merasa seperti ikan.
yang hidup di air tapi masih ada perasaan takut terhadap air.
mempertanyakan kapan cahaya itu datang seperti mempertanyaan kapan hujan turun di gurun pasir gersang
hampir terdengar mustahil.
Bertahun tahun hidup sendiri meski tak seperti seorang haci seekor lebah yang hidup sebatang kara.
sepi itu selalu menerpa rasa lebih dalam.
entah mungkin karena terlalu sering mendengar bunyi jangkrik.
atau suara tikus yang rajin 'berburu' didapur.
menerjang perabotan membuat bising ruang kosong.
lantas memang itu sebuah masalah?
tentu saja masalah
masalah untuk seorang diri yang merindu keramaian.
bahkan merindu sebuah pendampingan,
pendampingan siapa?
sang cahaya yang entah masih berada dimana
sampai di tikungan jalan mana
tersesat di hutan belantara mana?
hanyut terbawa arus sungai deras yang seperti apa
cahaya itu masih dimana?
apa masih menyinari tampat yang bukan menjadi tanggung jawabnya?
lantas ia malah semakin jauh dari tempat yang seharunya ia sinari.
cahaya itu dimana?
apa masih setia menjaga cahayanya sebelum menemukan tempat yang memang seharusnya ia terangi?
lantas terus menjaga kegagahan cahayanya dengan sabar dan ikhlas atas kesendiriannya.
dan cahaya itu??
hai aku melihat sebuah cahaya sedikit redup
ada keluh yang membuat cahayanya sedikit memudar.
cahaya itu..
terlihat dekat, namun tak bisa didekap.
cahaya itu. harus berjuang melawan setiap apa yang hendak meredupkan cahayanya.
cahaya itu hidup dijalan yang berat.
berjuang untuk bisa menebarkan sedikit cahaya untuk orang disekelilingnya
lantas cahaya itu jatuh bangun agar tetap terjaga sinarnya.
ingin sekali aku ikut mendekapnya
mendampingi perjuangannya. tapi...
mengapa meski terlihat dekat, cahaya itu masih terasa jauh untuk di raih
mengapa cahaya itu belum diperkenankan pengusir sepi ini?
padahal cahaya itu butuh aku
aku butuh cahaya itu.