Bismillahirrohmanirrohim ..
memulai tulisan ini dengan menyebut nama Allah, agar Dia senantiasa melindungi ..
mengisahkan kembali perjuangan hingga sampai di bangku kuliah yang belum sempat teruraikan. perjalanan ini amat jauh, amat terjal dan amat mengharukan. keinginan untuk mengenyam bangku kuliah sedikit pudar saat akhirnya harus mengikuti keinginan ayah untuk masuk Sekolah Menengah Kejuruan yang berarti ayah menginginkan saya siap kerja bukan untuk melanjutkan sekolah lagi. Tahun Pertama di SMK di jalani dengan setengah hati karena masih terganjal keinginan masuk SMA yang akhirnya harus dilupakan. Semester pertama memperoleh nilai sangat standar, jauh sekali dari prestasi yang biasa diraih saat SD dan SMP. yah sadar betul sesuatu yang dijalani dengan setengah hati tidak akan menghasilkan hal yang memuaskan, bahkan ini mengecewakan. ayah pun menyadari itu. dia sadar hati saya masih berat menerima ini, dia sering mengajak berbincang tentang keadaan sekolah, tentang kegiatan disekolah, smwa saya tanggapi seadanya, hal yang paling bikin saya antusias saat diajak berbincang oleh ayah tentu saat membicarakan kegiatan organisasi yang saya ikuti, yaps.. Paskibra. tapi hal ini tidak akan saya bahas banyak disini. paskibra mungkin alasan saya untuk semangat pergi sekolah diawal" masa keterpaksaan saya sekolah disitu. tapi lama kelamaan, apalagi setelah menerima nilai raport semester 1 yang tidak membuat ayah berkomentar apapun saya sadar. ego ini harus diredam, ini untuk kebaikan saya dan ayah. ini sebagai salah satu cara untuk bisa membahagiakan ayah, bangkit dan berjalan lebih terarahpun menjadi keharusan. perjuangan untuk memperbaiki kesalahan di semester 1 pun akhirnya membuahkan hasil disemester 2, ayah mulai menunjukan ekspresi yang biasa ia pasang tiap kali melihat nilai raport saya di SMP, senyum dan selanjutnya mengusap" kepala saya. ini jadi hal yang saya senangi dari ayah. semester selanjutnya meskipun kegiatan di Paskibra semakin banyak apalagi dengan terpilihnya saya menjadi ketua paskibra tanggung jawab untuk mengurusi dan memotori brjalannya setiap program kerja di semakin besar, saya sudah bisa mengatur waktu sendiri agar akademik tetap jadi nomer satu. akhirnya sampai di semester akhir, Ujian Nasional sudah didepan mata. tidak ada yang saya pikirkan kecuali bisa sukses dan mempersembahkan yang terbaik untuk ayah. buah dari perjuangan itupun akhirnya saya raih, sangat memuaskan, mendapat predikat lulusan terbaik sangat luar biasa. saya bisa lihat ekspresi haru dari wajah ayah saat nama saya disebut sebagai lulusan terbaik :') ini hal yang menggembirakan sekali. tapi gembira ini tidak lama, suka cita ini tidak memberikan pengaruh apa" untuk keinginan ayah. dia tetap ingin saya segera mendapat pekerjaan agar bisa mandiri, wlwpun jadi anak terakhir tp bisa memenuhi kebutuhan sendiri. memberikan opsi kuliah itupun harus sambil kerja, tapi ini bukan mau saya. saxa mau kuliah reguler, menikmati bangku mahasiswa real jadi mahasiswa. gak jadi sambilan. daripada harus kuliah diswasta, saya akhirnya memutuskan memenuhi keinginan ayah terlebih dahulu untuk kerja. hingga hampir setahun berjalan saya utarakan lagi ke ayah ttg keinginan dan rencana untuk ikut ujian SNMPTN agar bisa masuk Universitas Negeri. saya tau ayah keberatan, tapi saya tetap memaksa, keinginan ini begitu besar, ayah tetap ragu memberikan ijin, hingga akhirnya saya memaksa berangkat ke malang, agar bisa mengikuti snmptn di sana. dengan berat hati ayah mengijinkan. imbasnya tapi selama dimalang ayah tidak ada menghubungi saya. bahkan memberikan bantuan meteril. hingga akhirnya saya tersiksa dengan keadaan ini, ditambah lagi Allah selalu beri mimpi tentang ayah setiap malam, hingga saat terbangun tangislah yang selalu mengawali pagi saya. sehari sebelum tes yang juga H-1 ultah saya yang ke 19, saya telpon ayah. saya tanyakan kenapa ayah begitu acuh terhadap saya. jawaban yang sangat memilukan keluar dari mulutnya " ayah sedih ditinggal kamu, ayah sedih setiap kali masuk kamar kamu yang kosong, saat menyalakan lampu dimalam hari dan mematikan kembali lampu kamar kamu disiang hari ayah kehilangan kamu, kamar ini serasa mati ditinggal kamu, ini menyakitkan untk ayah ditinggal jauh oleh anak gadis terakhirnya, makanya ayah sebisa mungkin gak mengingat kamu, gak mikirin kamu, biar hati ayah gak sakit. tapi nak, walapun demikian, orang tua mana sih yang gak mikirin anaknya, ayah tetap kirimkan doa untuk kamu dari sini semoga kamu baik" saja disana semoga Allah selalu menjaga kamu" seketika air mata keluar dengan derasnya, rasa bersalah yang amat dalam datang begitu saja. memang seharusnya saya ada disana, menemani ayah dimasa tuanya, bukan malah pergi meninggalkan dia untuk mengejar keinginan kuliah di Universitas Negeri. saya merasa sangat egois menjadi anak, tapi Ujian SNMPTN sudah didepan mata sambil terisak saya meminta doa kepada ayah supaya tes esok hari berjalan dengan lancar, karena rasa bersalah yang begitu besar saya bilang ke ayah kalo memang Allah tidak menakdirkan saya lulus tes dan kuliah disini, saya akan pulang untuk ayah, menemani ayah disana, menuruti apa saja keinginan ayah. beliau hanya berkata " pasti nak doa orang tua tidak perlu diminta, kamu selalu jadi orang nomor satu yang ayah sebut tiap kali ayah berdoa, kamu mutiara yang amat berharga untuk ayah, semoga kamu dilancarkan dalam tes besok dan semoga lulus, selamat ulang tahun juga untukmu nak, tak terasa anak ayah sudah 19 tahuan. semoga pemikiranmu tambah dewasa ya nak". tangisku semakin deras. kata" ayah begitu menyayat rthati, harusnya aku memang disana bersama ayah. itu yang berulang" terlintas dipikiranku.
Berbekal doa dari ayah, juga persiapan yang serba terbatas untuk menghadapi ujian SNMPTN saya memantapkan langkah mengikuti tes hari itu, hape berulang kali berdering, isinya tentu ucpakan selamat ulangtahun juga doa dari teman" agar saya dimudahkan dalam SNMPTN. semua saya pasrahkan kepada sang mahahidup, apapun takdir yang telah Dia tetapkan terhadap saya, saya akan terima. tetap disini untuk kuliah atau pulang untuk bapak kuncinya ada di SNMPTN ini, jika saya lolos, Allah memang menakdirkan saya untuk lebih lama di malang, lebih lama meninggalkan bapak disana. tapi jika saya gagal, berarti memang saya harusnya bersama bapak, mendampingi bapak dihari tuanya. saya siap menerima kemungkinan terburuk sekalipun. hingga saat pengumuman snmptn, saya rasanya takut, takut mengetahui takdir yang Allah berikan terhadap saya disatu sisi saya amat ingin mengenyam bengku kuliah disini tapi disisi lain saya juga tidak ingin lebih lama lagi meniggalkan bapak. hingga akhirnya pengumuman keluar, dan diketahui jika saya lolos. sungguh ini luar biasa. tapi ini juga kenyataan yang membiarka saya tinggal jauh dari ayah lebih lama. saat diminta pendapat nya ttg kelolosan saya di tes tersebut, ayah ternyata sangat antusias, sangat senang dan saya bisa lolos snmptn dan masuk perguruan tinggi negeri. Indahnya dunia rasanya Allah berikan saat itu, apalagi mendengar perkataan ayah "selamat nak, ambilah, ini anugerah dari Allah, teruskan perjuanganmu, ayah dukung kamu seratus persen" :')
saya meangis lagi, air mata keluar lebih deras lagi, tpai ini lain, ini air mata haru, ini air mata bahagia bahkan ini air mata yang artinya melebihi apa yang terjadi :') terimakasih ya Allah, terimakasih ayah :')
2 komentar:
subhanallah :)
semangaaaaaat.... ^.^
hehe, semangaaat ^^
Posting Komentar