Bukan Peluka

on Senin, April 15, 2013
seperti ombak yang terus menghantamkan dirinya ke karang.
seperti hujan yang tak segan menjatuhkan butiran - butirannya ke tanah
seperti angin yang tanpa permisi menggugurkan daun lemah dari tangkainya.
seperti pula burung yang tak pernah berpikir apakah cengkraman kakinya akan melukai pohon yang ia hinggapi..

tapi mereka bukan peluka..

karang dengan kokoh menahan setiap ombak yang menghantamnya
tanah yang dengan senang hati menerima butiran hujan yang keras menjatuhinya
daun dengan kerelaan lepas dari pohonnya.
pohon yang selalu riang gembira saat burung menghinggapinya.

karena mereka bukan peluka.

itulah alam yang saling menerima tanpa protes, tanpa dendam diantaranya.
begitu pula sebuah sorotan tajam.
bukan pisau
bukan pedang
bukan pula samurai yang bisa menembusnya
hanya sepasang benda kecil, yang tajamnya tak terkira
tajamnya bukan terasa dikulit terluar,
tapi bagian terdalam yang tak sembarangan yang bisa sampai padanya.
dan bagian itu....
tak pernah keberatan menyambutnya.
sepasang mata kecil, menyentuh hati yang tersembuyi.

"Ketika Cinta Ber-Tajwid"

on Rabu, April 03, 2013



Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah. hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah, terlihat tapi dianggap tak ada.

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.

Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba - tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara yang lainnya.

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro, terpantul- pantul dengan keras.

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

Sayangku padamu seperti mad thobi’i dalam Quran. Buanyaaakkk beneerrrrr :D

Semoga dalam hubungan kita ini kayak idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’.

Layaknya waqaf mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku?

Meski perhatianku tak terlihat seperti alif lam syamsiah, cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

Kau dan aku seperti Idghom Mutaqorribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya.

Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna di akhir hayat.

Sama halnya dengan Mad ‘aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di pikiranku.

Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun :D



*sumber https://twitter.com/khodroou
adakalanya para penyeru kebenaran harus menjadi kepompong, berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan. tetapi, bila tiba saatnya menjadi kupu - kupu, tak ada pilihan kecuali terbang, melantunkan kebaikan diantara bunga, menebar keindahan pada dunia. ~Salim A Fillah

Popular posts